REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM MAJALAH WANITA

January 15, 2009 at 4:38 am | Posted in |Vol. 3|Edisi 1|2008| | Leave a comment
Tags: , ,

Liliek Budiastuti Wiratmo dan Mochamad Gifari *)

 

Abstract:

The existence of women’s magazine expected as medium to give new spirit through article presentation that empower woman position on public domain. However, the reality is reversed. Those presentation and ideas contain tend to establish women’s magazine as lifestyle shaper and place woman as market for a variety of product.

Keywords: artificial beauty, consumptive, and active-creative.

 

A. PENDAHULUAN

Meningkatnya kesadaran manusia untuk memperoleh informasi mendorong berkembangnya industri media, baik media cetak maupun media penyiaran (elektronik). Media cetak berkembang lebih pesat yang menuju pada khalayak khusus. Saat ini dengan mudah kita menemukan media yang diperuntukkan bagi perempuan–remaja maupun wanita matang, baik berbentuk tabloid dengan harga yang relatif murah, maupun majalah dengan tampilan “lux” yang harganya tidak bisa dibilang murah. Kondisi ini tentu saja memberi indikasi besarnya relung pasar yang masih tersedia. Semakin banyak pula majalah dari “luar” yang diterbitkan dalam edisi Indonesia, seperti majalah “HerWorld”. Perkembangan ini tentu saja dikarenakan ibu rumah tangga memainkan peran yang vital dalam perubahan gaya hidup keluarga, demikian kata Andre Harjana.1 Dalam penelitiannya ia menemukan sajian favorit dalam tabloid wanita; (1) masak-memasak, (2) bonus makanan, (3) konsultasi kesehatan, (4) konsultasi psikologi, dan (5) konsultasi etiket. Temuan penelitiannya yang paling menarik, berkaitan dengan alasan responden menggunakan kosmetika, yaitu untuk meningkatkan rasa percaya diri dan demi penampilan sebagai wanita (bahwa wanita harus cantik). Namun, perlu dipertanyakan pendapat Andre Harjana yang mengatakan alasan tersebut didorong oleh “drive” atau “desakan hati” dari diri sendiri, bukan karena tekanan lingkungan. Oleh karena adanya keyakinan bahwa perempuan harus cantik, kalau tidak cantik tidak layak disebut sebagai wanita. Ditengarai hal ini lebih sebagai “want” bukan “need”.

 

Baca selengkapnya : 8-lilik-gifari-representasi-perempuan-dalam-majalah-wanita

Leave a Comment »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.